Mewujudkan Pendidikan Berkualitas atau Meningkatkan Birokrasi?
Pendidikan di Indonesia selalu menjadi sorotan utama dalam berbagai diskusi tentang masa depan bangsa. Seiring dengan visi besar Generasi Emas Indonesia 2045, Kemendikbudristek mengusung Wajib Belajar 13 Tahun yang diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tapi tunggu dulu, apakah ini benar-benar solusi yang tepat, atau justru hanya sekadar slogan politik yang tidak lebih dari sekadar janji kosong? Ketika berbicara tentang pemerataan pendidikan, kita harusnya mempertanyakan, apakah penambahan satu tahun lagi dalam kurikulum pendidikan kita benar-benar dapat menjawab masalah yang ada, atau justru malah akan memperburuk keadaan yang sudah rumit?
Wajib Belajar 13 Tahun: Janji Besar yang Mungkin Hanya Sebatas Impian
![](https://www.pagresik.net/wp-content/uploads/2025/01/2-1024x683.jpeg)
Wajib Belajar 13 Tahun terdengar sangat menggoda di atas kertas. Pendidikan yang lebih lama, tentunya bisa memberikan lebih banyak pengetahuan dan keterampilan bagi siswa, bukan? Tapi coba kita tengok fakta yang ada. Sampai sekarang, Wajib Belajar 9 Tahun yang sudah diterapkan dengan berbagai tantangan saja, belum mampu menciptakan pemerataan pendidikan yang sebenarnya. Banyak anak-anak di daerah terpencil yang masih berjuang untuk mendapatkan akses pendidikan dasar yang layak, apalagi jika kita berbicara tentang pendidikan lanjutan.
Sementara itu, pemerintah seolah-olah terfokus pada Wajib Belajar 13 Tahun tanpa melihat akar masalah yang lebih mendalam. Infrastrukturnya saja masih berantakan—sekolah-sekolah di daerah terpencil masih kekurangan fasilitas dasar, dan bahkan ada yang terpaksa belajar dengan cara yang sangat terbatas. Jadi, apakah dengan memperpanjang waktu pendidikan ini, kita akan benar-benar menciptakan pemerataan yang diinginkan, atau hanya mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih mendesak?
Wajib Belajar 13 Tahun: Antara Pemborosan dan Pemenuhan Kebutuhan Nyata
Tentu saja, setiap kebijakan memiliki niat baik. Wajib Belajar 13 Tahun seharusnya menjadi salah satu upaya untuk mengurangi angka putus sekolah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, jika sistem yang ada sekarang tidak didukung oleh kualitas pendidikan yang baik, apa artinya meningkatkan durasi pendidikan? Kita sudah cukup sering melihat kebijakan pendidikan yang berubah-ubah, hanya untuk mengalihkan perhatian dari fakta bahwa kualitas pengajaran dan fasilitas masih jauh dari memadai.
Baca Juga: Pendidikan di Era Digital: Menjembatani Kesenjangan Pendidikan Global
Bahkan, beberapa daerah yang seharusnya menjadi prioritas untuk pembenahan pendidikan, justru sering kali terabaikan. Sementara kita terlalu sibuk dengan rencana memperpanjang masa pendidikan, kenyataannya, banyak anak-anak Indonesia yang tidak mendapat pendidikan yang layak pada jenjang yang sudah ada.
Solusi atau Masalah Baru? Menilai Kebijakan “Wajib Belajar 13 Tahun”
Tentu saja, memperpanjang durasi wajib belajar bukanlah hal yang sepenuhnya buruk, tetapi ini harus didukung dengan kebijakan yang lebih nyata dan aplikatif. Beberapa langkah berikut bisa menjadi solusi agar kebijakan ini tidak hanya menjadi angan-angan:
- Perbaikan Infrastruktur Pendidikan
Sebelum melangkah ke tahap implementasi Wajib Belajar 13 Tahun, pemerintah perlu memastikan bahwa semua sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar yang baik.
- Kualitas Pengajaran dan Guru
Pendidikan yang lebih panjang akan sia-sia jika tidak didukung oleh pengajaran yang berkualitas. Meningkatkan kualitas guru, pelatihan yang tepat, dan penilaian yang lebih ketat harus menjadi prioritas utama untuk memastikan bahwa siswa benar-benar mendapatkan manfaat dari durasi belajar yang lebih lama.
- Akses ke Pendidikan Berkualitas di Semua Daerah
Fokus utama seharusnya adalah menghapuskan kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Dengan sistem digital yang semakin maju, pemerintah bisa memperkenalkan metode pembelajaran jarak jauh yang lebih efisien.
- Evaluasi dan Pemantauan yang Ketat
Agar kebijakan ini berjalan dengan baik, perlu ada evaluasi berkala terhadap implementasinya. Pemerintah harus memastikan bahwa kualitas pendidikan meningkat dan bukan hanya sekedar memenuhi angka kelulusan.
Daftar Langkah untuk Mewujudkan Wajib Belajar 13 Tahun yang Berkualitas:
- Perbaiki Infrastruktur Sekolah di seluruh Indonesia, terutama di daerah yang terpencil dan terisolasi.
- Tingkatkan Kualitas Guru dengan pelatihan yang berkelanjutan dan penilaian yang lebih ketat.
- Penyediaan Akses Pendidikan Berkualitas untuk semua wilayah, baik melalui sekolah fisik maupun platform pembelajaran digital.
- Evaluasi dan Pemantauan Rutin terhadap implementasi kebijakan dan pencapaian yang telah dicapai.
Pendidikan Berkualitas Itu Lebih dari Sekadar Menambah Tahun
Pendidikan tidak akan pernah bisa dilihat hanya sebagai masalah durasi waktu. Wajib Belajar 13 Tahun yang digadang-gadang bisa mengubah segalanya, harus dilihat dengan lebih kritis. Jika kualitasnya tidak diperbaiki secara menyeluruh, penambahan satu tahun tidak akan membawa perubahan berarti. Yang lebih penting adalah memfokuskan perhatian pada kualitas pengajaran, pemerataan fasilitas, dan akses yang setara bagi seluruh siswa, tanpa terkecuali.